You Are Reading

0

'Lingkaran Setan' Skripsi

ni Rabu, 10 April 2013 ,



Kehadiran sebuah 'kata keramat' pada akhir kehidupan seorang mahasiswa seolah menjadi fenomena yang paling ditakuti. Mulai dari Universitas A sampai Z, dari Fakultas 1 sampai 100, semuanya mengerang keras bahwa  momok ini memang tidak pernah dapat diberantas. Bagaimana tidak, toh belum ada pengobatan yang rasional untuk penyakit tersebut, bukan? Sungguh disayangkan memang, dan untuk itulah kita perlu membahas masalah ini secara men-detail.

Skripsi, terdiri dari tujuh huruf biasa yang dirangkai menjadi satu kata luar biasa. Rangkaian kata tersebut merupakan sebuah karya tulis lumrah yang dibuat oleh setiap mahasiswa S1. Kalau ditilik dari segi isi, sepertinya sama saja dengan karya tulis atau tugas lain yang pernah diberikan oleh dosen sebelumnya. Namun, mengapa "tugas" kali ini sensasinya lebih berbeda dari yang manapun saja?

Baiklah, mungkin karena pengerjaannya yang hanya dilakukan oleh satu orang. Lalu harus disidangkan dahulu oleh 5 sosok luar biasa sebelum penelitian disetujui untuk dilakukan. Setelah itu dilanjutkan lagi dengan ujian hasil penelitian. Dan setelah semuanya sempurna, barulah gelar "Sarjana X" disandangkan pada pundak seseorang tersebut.

Namun, menyebutkan tahap demi tahap seperti di atas memang tak semudah melakukannya. Awalnya saja, kita meminta persetujuan pembimbing untuk membimbing kita melakukan penelitian tersebut. Itu kalau pembimbingnya bersedia (umumnya bersedia sih). Tapi bagaimana kalau tidak? Alias skripsi kita enggak berhubungan dengan bidang beliau. Nah, ini akan menjadi kerikil kecil dalam memulai petualangan di dunia penelitian. Mau ganti pembimbing, tapi maunya sama yang lama. Kalau bertahan dengan yang lama, berarti penelitiannya yang harus diganti. Ya, ini lumayan membingungkan.

Setelah itu, bersusah payah mencari referensi dari jurnal-jurnal luar negeri biar hasilnya lebih meyakinkan. Mulai dari mengobrak abrik jurnal di tumpukan besi dalam ruangan mistis di kampus, sampai dengan mencari jurnal online yang gratisan bahkan berbayar. Tapi setelah dapat jurnal, ternyata masalah belum terselesaikan. 'in english' euy!!! Mending kalau bahasa asingnya lancar. Nah bagi yang masih meng-eja, kapan selesainya?

Selanjutnya, mulai menyelami BAB demi BAB dan dikonsulkan pada pembimbing. Yap tepat!! Masalah baru pun kembali menghadang. Untuk bertemu dengan sosok-sosok luar biasa tersebut, kita harus berpandai-pandai. Pandai mengatur waktu sendiri, dan pandai menilik waktu luang para dosen. Iya kalau dosennya free pada waktu yang ditentukan. Nah, kalo dosennya super sibuk dan sangat sulit untuk meluangkan waktu? Maka bertambahlah tingkat "kegalauan" mahasiswa tersebut. Rasanya sangat segan menghubungi dosen, tapi kalau tidak dihubungi maka semakin lamalah proses pengerjaannya beserta semakin menggununglah ke-stres-an. Ibarat Lingkaran Setan, satu hal menjerumuskan kita ke hal lain sampai semakin besarlah hal hal yang harus dituntaskan.

Next, saat ketemu, revisi demi revisi pun harus disusuri dengan teliti dan penuh kesabaran. Bolak balik menekan tombol backspace pada keyboard dan mengontrol ulang kembali jari-jari untuk menari di atasnya. Semua itu demi terciptanya kesesuaian antara semua unsur yang menilai karya tulis tersebut. Kondisi ini butuh kesabaran ekstra dari sang pejuang. Kalau sudah tersandung sedikit tapi tidak bangun lagi, kemungkinan untuk terpuruk lebih dalam akan semakin besar dan terbengkalailah semua yang sudah diusahakan selama ini. Inilah lingkaran setan berikutnya.

Tahap selanjutnya adalah ACC proposal. Bukannya malah melegakan bahwa semua perjuangan selama ini akan terbayarkan dengan disetujuinya oleh kedua pembimbing tercinta. Tapi, setelah itu kita harus menghadapi 3 penguji yang akan menghantam dengan beberapa pertanyaan agar keteguhan kita dalam meneliti semakin kokoh.

Dan hal paling berat itu adalah saat melakukan penelitian. Seseorang yang meneliti data primer akan merasa bahwa yang mengambil data sekunder itu sangat mudah. Orang yang mengambil data sekunder di tempat jauh akan berfikiran bahwa mengambil data sekunder pada posisi yang lebih dekat itu mudah. Eh ternyata yang mengambil data sekunder pada posisi yang lebih dekat tersebut malah kewalahan bertarung dengan waktu karena datanya tidak dapat diambil sekali jadi. Ckckck, fenomena ini seolah menjadikan kita berprasangka bahwa penelitian orang lain lebih mudah dari apa yang kita jalani. Padahal disetiap usaha itu pasti ada tantangannya masing-masing.

Akhirnya, setelah semuanya dilalui, barulah akan dilakukan ujian penentuan. Apakah penelitian tersebut diterima atau tidak. Itu semua tergantung pada keputusan 5 sosok luar biasa di awal tadi. Tentu saja itu diputuskan setelah perjuangan keras menepis bombardir pertanyaan dari kesemuanya. Dan saat nilai "lulus" itu terucap dari tim penilai, maka saat itulah terasa kelegaan yang sangat besar dari sang mahasiswa S1.

Hanya akan tersisa cibiran jenaka akan kecerobohan-kecerobohan semasa penelitian yang akan menggelitik relung hati. Hahaha. Rasanya, lulus itu seperti bebas dari teriknya matahari saat dahaga pada kondisi klimaks menuju kedamaian duduk di bawah pohon rindang nan teduh yang menghembuskan oksigen perlahan dengan syahdunya sambil minum jus jeruk segar. Hahaha.

Dan semua itu hanya dapat diraih dengan menepis semua lingkaran setan yang menghadang.

Intinya, 

Don't be quite, keep moving, be patient, always struggle, and sacrifice ur soul.
>_<)/


Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2010 Catatan Mahasiswa FK