You Are Reading

0

Atresia Esofagus

Unknown Sabtu, 12 Mei 2012


DOWNLOAD - Atresia Esofagus.pdf 
cara download   

Atresia Esofagus dengan atau tanpa fistula trakeoesofagus merupakan suatu kondisi dimana tidak terbentuknya esofagus (kerongkongan) secara sempurna atau memang tidak terbentuk sama sekali.

Epidemiologi
  • Atresia Esofagus adaalah kelainan bawaan yang umum terjadi.
  • Bentuk yang paling sering ditemui adalah bagian proksimal esofagus mempunyai ujung berupa kantong buntu, sementara bagian distal berhubungan dengan trakea melalui sebuah saluran sempit pada titik tepat di atas percabangan.
  • Angka kejadiannya berkisar pada 1 dari 2500-3000 kelahiran hidup.
  • Terjadi 2-3 kali lebih banyak pada kehamilan kembar.
  • 50% dari Atresia esofagus ini sering disertai dengan kelainan bawaan lain, seperti: kelainan jantung, kelainan gastrointestinal (atresia duodeni, atresia ani), kelainan tulang (hemivertebra).

    Etiologi
    1. Penyimpangan spontan septum esofagotrakealis ke arah posterior
    2. Faktor mekanik yang mendorong dinding dorsal usus depan ke anterior. 

      Klasifikasi
       


      Patofisiologi
      • Respiratory primordium muncul sebagai tonjolan ke arah ventral pada dasar dari postpharyngeal forgut pada awal minggu keempat kehamilan.
      • Trakea yang terletak di ventral menjadi terpisah dengan esofagus yang terletak di dorsal.
      • Pemisahan epitel foregut ditandai dengan peningkatan jumlah sel yang mengalami apoptosis.
      • Perubahan ventral ke dorsal ekspresi forgut ke arah kranial.
      • Defek primer adalah adanya foregut tak-terpisah yang persisten, sebagai hasil dari kegagalan pertumbuhan trakea atau kegagalan trakea yang sudah terbentuk saat memisahkan diri dari esofagus.

        Gejala Klinis
        • Bayi tidak dapat menelan saliva, sehingga saliva akan terkumpul pada saluran yang buntu dan akan menyebabkan saliva banyak mengalir keluar.
        • Bayi tersedak atau terbatuk setelah berusaha untuk menelan.
        • Bayi tidak mau menyusu.
        • Sianosis (kulitnya kebiruan) 

          Diagnosis
          • Biasanya disertai hidramnion (60%) dan menyebabkan kenaikan frekuensi bayi lahir prematur. Sebaiknya bila dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa kehamilan ibu disertai hidramnion, hendaknya  dilakukan kateterisasi esofagus, bila kateter terhaenti pada jarak kurang dari 10 cm, maka dapat diduga atresia esofagus.
          • Bila pada bayi baru lahir timbul sesak nafas yang disertai dengan saliva yang meleleh keluar , harus dicurigai terdapat atresia esofagus.
          • Segera setelah diberi minum, bayi akan batuk dan sianosis karena aspirasi cairan ke dalam saluran nafas.
          • Diagnosis pasti dapat dibuat dengan foto toraks yang akan menunjukkan gambaran kateter terhenti pada tempat atresia. Pemberian kontras ke dalam esofagus dapat memberi gambaran yang lebih pasti, tapi cara ini tidak dianjurkan.
          • Perlu dibedakan pada pemeriksaan fisik, apakah lambung tersisi udara atau kosong untuk menunjang atau menyingkirkan terdapatnya fistula trakeoesofagus. Hal ini dapat dilihat pada foto abdomen.

            Tatalaksana
            • Pada anaka segera dipasang kateter ke dalam esofagus dan bila mungkin dilakukan penghisapan terus menerus.
            • Posisi anak tidur tergantung kepada ada tidaknya fistula, karena aspirasi cairan lambung lebih berbahaya dari pada saliva. Anak dengan fistula trakeoesofagus ditidurkan setengah duduk. Anak tanpa fistula diletakkan dengan kepala lebih rendah (posisi trendelenburg).
            • Anak dipersiapkan untuk operasi segera. Apakah dapat dilakukan penutupan fistula dengan segera atau hanya dilakukan gastrostomi, tergantung pada jenis kelainan dan keadaan umum anak pada saat itu.

              Komplikasi
              • Komplikasi dini : kebocoran (angka kejadian 20%, bisa terjadi tension pneumotoraks), striktur anastomosis (angka kejadian 30%, dilakukan dilatasi dengan endoskopi atau dilatasi balon) dan fistula rekurens (angka kejadian 10%, ditutup dengan jahit primer atau flap dari pericard atau pleura.
              • Komplikasi lanjut : Gastroesofageal reflux (angka kejadian 40%, terapi dengan medikamentosa atau bedah), trakeomalacia (angka kejadian 10%, terapi dengan aortopexy), dismotilitas esofagus (angka kejadian 60%, terjadi karena abnormalitas inervasi intrinsik, terapi dengan pola makan berkala).

                Prognosis
                • Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi, maka prognosisnya akan baik.

                  DOWNLOAD - Atresia Esofagus.pdf 
                  cara download

                  Sumber
                  Gambar (c) google
                  Embriologi Kedokteran Langman edisi ke-7
                  Wahidiat, Iskandar. Ilmu Kesehatan Anak 1. 1985. Jakarta : Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

                  Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

                  0 komentar:

                  Posting Komentar

                   
                  Copyright 2010 Catatan Mahasiswa FK