21-22 September 2013, Sabtu-Minggu kelabu.
Wisuda Ni Ayu |
Kedua
hari tersebut merupakan hari yang ditunggu-tunggu Uni sepupu saya. Ni
Ayu, begitu sapaan akrab saya kepada beliau. Dia adalah anak pertama
pasangan Bg Dir (Ponakan Ibu) dengan Tek Dah (Adik Ayah). Haha, benar,
agak membingungkan juga saya harus memanggil apa kepadanya karena Ayah
dari Ni Ayu adalah ponakan jauh ibu sementara Ibunya adalah Etek saya
(Adik kandung Ayah).
Lima
tahun Uni menjalani pendidikan di Universitas Negeri Padang (UNP).
Banyak suka duka yang dijalani dari awal masuk sampai menyelesikan
skripsi. Jatuh bangun kedua orang tuanya memperjuangkan agar anak mereka
lulus kuliah dan menyandang gelar SPd. Dan akhirnya berakhirlah sudah
satu tanggung jawab pendidikan itu.
Beberapa
bulan belakangan ini, setiap Bg Dir datang ke rumah, beliau selalu
membicarakan wisuda yang akan diselenggarakan tersebut. Saya mengulum
senyum bahagia melihat abang seperti itu. Rasanya saya melihat
kebanggaan tersendiri yang tak dapat diungkapkan beliau. Bayangkan saja,
seorang laki-laki tamatan SD memiliki anak seorang sarjana. Yakinlah,
pasti beliau bangga. Tidak beda jauh dengan orang tua saya. Hehe.
Beliau-beliau semua memang sosok pekerja keras. Thanks Ayah, Ibu.
Bahkan
saat 2 minggu sebelum acara tersebut dilaksanakan, saya sempat pulang
ke rumah. Dan gaungan kemenangan itu masih terdengar. Bahkan Ayah dan
Ibu saya juga akan menghadiri acara tersebut. Wah, alhamdulillah, semua
orang tengah berbahagia menyambut hari itu. Namun, saat Ni Ayu menelpon
saya tepat beberapa hari sebelum acara, dia menyatakan ingin menginap di
kos saya mulai dari hari Jumat. Dan hal yang paling mengejutkan akal
sehat saya, Uni mengabarkan mungkin orang tuanya tak akan hadir saat
wisuda itu.
HAH?
Bagaimana bisa Abang n Etek enggak bisa hadir?
Ada masalah apa?
Setelah
menelpon Ayah, baru saya mengetahui kalau Tek Dah (Ibu Ni Ayu) masuk
rumah sakit. Innalillaah. Bagaimana bisa? Sakit apa? Sejak kapan? Dan
dan dan...
Etek
termasuk salah satu orang yang dekat dengan saya. Sepanjang pengetahuan
saya, beliau tidak pernah sakit parah yang sampai masuk rumah sakit.
Tapi saya tau, beliau sering mengeluhkan asam uratnya yang kambuh
beberapa kali. Saya jadi heran, memangnya Etek masuk rumah sakit karena
apa? Dan WOW, kenyataannya mengatakan bahwa Etek kena Hipertensi, pusing
terus, dan tidak mau makan. Maka, jadilah beliau dengan kondisi yang
semakin memburuk dibawa dari rumahnya di Bonjol (sebuah kecamatan di
Kabupaten Pasaman) ke rumah sakit di Lubuk Sikaping (dekat rumah saya).
Alhamdulillah
juga, saat Ni Ayu berangkat ke Padang, Ibunya sudah pulang dari rumah
sakit. Ayah saya berkata, kalau seandainya Etek bisa ditinggal sama
Puput (Adik Ni Ayu), maka Bg Dir akan ikut pergi wisuda ke Padang
bersama Ayah Ibu saya. Itulah kata-kata penyemangat yang setiap hari
saya sampaikan kepada Uni agar beliau tabah. Dan tak diragukan lagi, Uni
saya memang wanita yang kuat. Dia, setahu saya, akan menyembunyikan
kesedihannya sedemikian rupa di depan semua orang. Kamipun juga masih
berharap orang-orang dari kampung akan datang ke acara wisudaan ini.
Namun, hati mana yang tidak akan haru kalau dihadapkan pada kondisi sekarang?
Ayah
Ibu saya tidak jadi pergi, Ayah Ni Ayu juga tidak jadi. Ni Ayu sih
positif thinking saja karena dia mengatakan bahwa menjaga Ibunya lebih
penting dari pada menyuruh keluarga dari kampung menghadiri acara wisuda
ini. Toh ini hanya peresmian, toh nama belakangnya juga sudah ditambah
dengan SPd dari beberapa waktu yang lalu. Namun, saya sendiri yang
menjadi ragu. Bukankah Ibu sudah berenca ke Padang hari itu? Mengapa
tidak jadi? Tidak mungkin Ibu membatalkan sesuatu kalau tidak terjadi
sesuatu juga.
Dari
sana saya curiga dan lantas menelpon ke rumah. Ya Allah, ternyata Ibu
Ni ayu masuk rumah sakit lagi. Ah~pantes tidak ada yang akan datang ke
sini.
Jadilah
saya dengan menguatkan diri sendiri dan menguatkan Uni juga, pergi ke
Wisudaan mendampingi ni Ayu. Tempat saya itu sudah sepantasnya dimiliki
oleh Bg Dir dan Tek Dah. Ya, harus bagaimana lagi. Ini memang kehendak
Allah. Dan harus dijalani dengan tabah.
Beberapa
kali dalam acara tersebut aliran bening membasahi pipi Ni Ayu. Saya
yang melihatpun sangat sedih sekali, kegembiraan yang mengharukan
merundung keluarga besar kami. Sesekali saya menguatkan beliau,
memastikan bahwa inilah yang terbaik buat kita kali ini. Unipun punya
sebuah permintaan pada saya, saat nama beliau dipanggil, dia berharap
saya dapat merekamnya agar nanti dapat didengarkan pada kedua orang
tuanya. Dan tanpa keberatan sedikitpun, saya meng-iyakan dengan
semangat.
Selamat dan Semoga semakin kuat untuk Uni tersayang,
Charisma Yuanda, S.Pd.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar