Bagi warga yang pernah tinggal di kota kecil tempat kelahiran saya, sebut saja minimal beberapa hari dan sudah clingak-clinguk untuk merasakan beberapa tempat makan di sana, sudah dapat dipastikan telinganya tidak asing lagi dengan 'Pangsit Mas Pen'. Tempat tujuan seluruh penjuru Lubuk Sikaping untuk memuaskan selera menikmati Pangsit. Tidak hanya pangsit juga sih yang disediakan di sana, ada juga bakso.
Siang ini, Ibu dan Ayah beli pangsit. Seperti bisa, beliau berdua makan di sana dan untuk saya dibungkus bawa pulang. Nah, ceritanya hari ini saya menjadi anak tunggal di rumah karena Da Deden, Da Andi, dan Iyon belum pulang. Alhasil, pangsit yang dibawa pulang juga cuma satu bungkus.
Di Padang, sering kali setiap makan pangsit saya selalu menambahkan cabe gilingnya lagi dan lagi. Satu sendok blom cukup, tambah setengah lagi juga masih belum, dan hop, bahkan pernah sampai 3 sendok. Nah, berhubung saya sudah lama tidak makan pangsit, jadinya saya menambahkan setengah sendok tanpa perhitungan ke dalam mangkok yang sudah dipenuhi oleh makanan itu. Suapan pertama, rasanya masih enak, dua suapan berikut terasa agak pedas. Dalam pikiran saya, wah hebat! Ternyata rasanya pas. Setelah beberapa suapan berlalu, barulah mulut saya terasa berapi-api. Dalam hati, kenapa Pangsit Mas Pen bisa sepedes ini????
Saya ambil minuman dingin di kulkas dan berusaha meredamnya. Ibu yang sadar dengan sikap saya tersebut menjelaskan kalo cabe yang ijo itu adalah cabe rawit. Aaaaaa, PANTES!. Dan makin membaralah rasa pedes di mulut saya. Satu cangkir kecil, dua, tiga, dan huaaaaa. Walaupun pedas membara, tapi saya tetap berkeinginan untuk menyelesaikan makan pangsit tersebut. Kata orang, makin pedas makin jadi.
Ah~ ini pelajaran berharga. Jangan masukkan cabe dahulu sebelum dicoba. Dan menambahkannya juga jangan sekaligus, tapi sedikit demi sedikit. Huhu, saat ini saya hanya bisa pasrah menunggu beberapa jam lagi sebelum diare menghantui sore ini. Ahahaha.
Saya ambil minuman dingin di kulkas dan berusaha meredamnya. Ibu yang sadar dengan sikap saya tersebut menjelaskan kalo cabe yang ijo itu adalah cabe rawit. Aaaaaa, PANTES!. Dan makin membaralah rasa pedes di mulut saya. Satu cangkir kecil, dua, tiga, dan huaaaaa. Walaupun pedas membara, tapi saya tetap berkeinginan untuk menyelesaikan makan pangsit tersebut. Kata orang, makin pedas makin jadi.
Ah~ ini pelajaran berharga. Jangan masukkan cabe dahulu sebelum dicoba. Dan menambahkannya juga jangan sekaligus, tapi sedikit demi sedikit. Huhu, saat ini saya hanya bisa pasrah menunggu beberapa jam lagi sebelum diare menghantui sore ini. Ahahaha.
Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
0 komentar:
Posting Komentar