You Are Reading

1

Konjungtivitis

Unknown Minggu, 13 Mei 2012


Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva

Epidemiologi
  • Paling sering ditemui.

Klasifikasi 
  1. Konjungtivitis hiperakut => hitungan jam - hari
    Contoh :
  2. Konjungtivitis akut
    Contoh :
    • Konjungtivitis Kataralis Acute/ Bakteri
    • Konjungtivitis Inklusi pada Neonatus
    • Konjungtivitis Inklusi pada Dewasa
    • Konjungtivitis Folikular Akut
      • Pharyngo Conjungtivitis Fever (PCF)
      • Epidemic Kerato Conjungtivitis (EKC)
      • Herpes Simplex Kerato Conjungtivitis
      • Newcastle Conjungtivitis
      • Inclusion Conjungtivitis
      • Other Clamydia Infection (zoonoses)
      • Acute Hemorrhagic Conjungtivitis (ACH)
  3. Konjungtivitis kronis
    Contoh :
    • Konjungtivitis folokularis kronik
      • Trachoma
      • Non Trachoma
        • Konjungtivitis inklusi kronik
        • Konjungtivitis folikular toxic
        • Konjungtivitis virus lain
    • Konjungtivitis bakteri kronik
      • S. Aureus
      • Syphilis
      • TB


Etiologi
  1. Agen infeksi : virus, bakteri, jamur
  2. Imunologi (alergik)
  3. Autoimun
  4. Iritatif : zat kimia
  5. Berhubungan dengan penyakit sistemik
  6. Idiopatik

    Patofisiologi
    Bila konjungtiva terpapar agen infeksi => melakukan perlawanan dengan:
    • Film air mata => unsur berairnya mengencerkan materi infeksi
    • Air mata => mengandung substansi antimikroba, termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan IgA). 
    • Mukus => menangkap debris
    • Pompa palpebra => hanyutkan air mata ke duktus air mata.
    Agen perusak => akibatkan kerusakan epitel konjungtiva, serta dapat pula membuat edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel, atau granuloma. Selain itu, edema dapat juga terjadi pada stroma konjungtiva (kemosis = edema konjungtiva) dan hipertropi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel).
    Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel permukaan. Selanjutnya, sel-sel tersebut bergabung dengan fibrin dan mukus sel goblet membentuk eksudat konjungtiva yang mengakibatkan perlengketan tepian palpebra (terutama pagi hari).
    Pada konjungtivitis alergik, eosinofil dan basofil sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva

    Gejala Klinis
    • Sensasi benda asing : sensasi tergores, panas, penuh di sekitar mata, gatal, mata berair.
    • Hiperemia => tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan akan tampak nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus (akibat dilatasi pembuluh ponjungtiva posterior = injeksi konjungtiva). Bila dilatasi perilimbus atau injeksi siliaris => menandakan radang kornea atau struktur yang lebih dalam).
      • Merah terang => indikasikan konjungtivitis bakterial.
      • Bila keputihan mirip susu mengindikasikan konjungtivitis alergika.
      • Hiperemia tanpa infiltrasi sel mengindikasikan iritasi oleh penyebab fisik seperti angin, matahari, asap, dll.
    • Fotofobia
    • Jika ada sakit, pertanda kornea terkena. Sakit pada corpus siliaris dan iris mengesankan terkenanya kornea. 
    • Eksudasi => ciri semua konjungtiva akut.
      • Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya berlapis-lapis dan amorf (tidak berbentuk).
      • Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya berserabut
      Bila eksudat mengakibatkan palpebra saling melengket (terutama setelah bangun tidur), kemungkinan disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
    • Secret pada mata :
      • Serosa => akibat virus
      • Mukosa dan purulent => akibat bakteri
    • Pseudoptosis => turunnya palpebra superior karena inflitrasi ke muskulus Muller. Dijumpai pada konjungtivitis berat seperti trachoma dan keratokonjungtivitis epidemika.
    • Hipertropi papila => reaksi konjungtiva non-spesifik yang terjadi karena konjungtiva terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit yang mengalami nekrosis (seperti trachoma), eksudat dapat digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.
      • Konjungtiva papiler merah => mengesankan penyakit bakteri atau clamidia
      • Papil besar poligonal dapa konjungtiva tarsus superior mengindikasikan keratokonjungtivitis vernal.
      • Papil pada inferior indikasikan keratokonjungtivitis atopik
    • Kemosis => indikasikan konjungtivitis alergika. Namun dapat juga pada konjungtivitis gonokok atau meningokok akut dan terutama pada konjungtivitis adenovirus. Kemosis konjungtiva bulbi terlihat pada  pasien trikinosis. Kadang kemosis muncul sebelum ada infiltrat atau eksudat.
    • Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur kelabu atau putih yang avaskuler dan bulat) => kebanyakan pada konjungtivitis karena virus.
      (Hanya viral dan laergi yang punya. Kecuali GO)
    • Pseudomembran dan membran =. hasil proses eksudatif berupa pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel. Bila diangkat, epitel akan tetap utuh (mudah diangkat).
    • Granuloma (adalah lesi makrofag epithelioid berupa nodul kecil yang merupakan reaksi peradangan lokal dari suatu jaringan tubuh = jaringan granulasi menyerupai tumor jinak). Selalu mengenai stroma dan paling sering berupa kalazion.
    • Phlyctenula (plikten) => reaksi hipersensitif terhadap mikroba (misal : staphylococcus). Awalnya terdiri dari perivaskulitis dengan bungkusan limfositik pada pembuluh darah. Bila keadaan ini sampai mengakibatkan ulkus pada konjungtiva, dasar ulkus dipenuhi leukosit polimorfonuklear.
    • Adenopati pre-aurikuler => adalah tanda penting konjungtivitis. Sebuah nodus preaurikuler jelas tampak pada sidrom okulogular Parinaud dan jarang pada keratokonjungtivitis epidemika.
      Kelenjar limfe pre-aurikuler => nyeri tekan.
    • Simblefaron (adhesi konjungtiva palpebra dan konjungtiva bulbi) dan ankiloblefaron (fusi antara satu palpebra dengan palpebra lain).

      Diagnosis
      • Anamnesis dan lakukan pemeriksaan fisik untuk identifikasi gejala klinis dari konjungtivitis.
      • Pemeriksaan Lab :
        • Pulasan:  gram, giemsa, KOH
        • Kultur
        • Sentivitas test

      Tatalaksana
      • Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata atau kompres hangat.
        Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Instruksikan kepada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit kemudian menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk dan sapu tangan baru yang terpisah.

      Komplikasi
      • Jaringan parut pada konjungtiva
      • Kerusakan dukstus kelenjar lakrimal
      • Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra superior dengan membalik bulu mata ke dalam sehingga menggesek kornea => komplikasi lanjut : ulkus.

      Prognosis
      • Bila ditangani dengan cepat dan dapat menghindarkan komplikasi serta penularan terutama pada infeksi mikroorganisme, maka prognosisnya akan baik.

      Pola pikir
      • Bila ada pasien mengeluh mata perih, berair, merah, terdapat sekret => periksa dan pastikan apakah tanda-tanda di atas terdapat pada pasien. Bila yakin konjungtiva meradang, pastikan penyebabnya apa (agen infeksi, alergi, autoimun, dll) => tatalaksana sesuai etiologi.

      Sumber
      Gambar (c) google
      Kuliah Pengantar Blok 3.6 FKUA
      Vaughan, Daniel G dkk. 1996. Oftalmologi Umum. Jakarta : Penerbit Widya Medika.


      Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO

      1 komentar:

      Unknown mengatakan...

      sip, bermanfaat :)

      Posting Komentar

       
      Copyright 2010 Catatan Mahasiswa FK