Archives

0

Anatomi Sistem Urinarius

Unknown Sabtu, 31 Maret 2012


DOWNLOAD - Anatomi Sistem Urinarius.pdf
cara download
Sistem urinaria (ginjal) terdiri dari organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya dari tubuh. sistem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan homeostatis (kekonstanan lingkungan internal).

Sistem urinarius terdiri dari 2 ginjal yang memproduksi urine, 2 ureter yang membawa urine ke dalam sebuah kandung kemih untuk menampung sementara dan uretra yang mengalirkan urine keluar tubuh melalui orifisium uretra eksterna.

A. Ginjal
Ginjal adalah organ berbentuk kacang berwarna merah tua, ukurannya ± 12.5 x 2.5 x 5 cm (kurang lebih sebesar kepalan tangan). Setiap ginjal memiliki berat berbeda pada setiap jenis kelamin, pada laki-laki : 125-175 gram sedangkan pada wanita : 115-155 gram.

Ginjal terletak pada dinding abdomen posterior yang berdekatan dengan 2 pasang iga terakhir. Merupakan organ retroperitonial dan terletak di antara otot-otot punggung dan peritonium rongga abdomen atas. Tiap-tiap ginjal memiliki sebuah kelenjer adrenal di atasnya.

Ginjal kanan terletak lebih rendah dari ginjal kiri karena adanya hati di sisi kanan. Batas-batas ginjal:
  1. Anterior : kiri (gaster, pancreas, colon descenden dan glandula adrenal) dan kanan (duodenum dan colon ascenden)
  2. Posterior : otot-otot punggung dan kuadratus lumborum
  3. Superior : otot diafragma, kelenjer adrenal, kosta 11-12 dan M. kuadratus lumborum
  4. Inferior : vesica urinaria dan organ genital bagian dalam
Setiap ginjal diselubungi 3 lapisan jaringan ikat:
  1. Fasia renal (pembungkus terluar)
    Pembungkus ini melabuhkan ginjal pada struktur sekitarnya dan mempertahankan posisi ginjal.
  2. Lemak perirenal
    Jaringan adiposa yang terbungkus fasia ginjal, membantali dan membantu ginjal tetap pada posisinya.
  3. Kapsul fibrosa (ginjal)
    Membran halus transparan yang langsung membungkus ginjal dan dengan mudah dilepas
B. Ureter
Merupakan saluran sepanjang 25-30 cm dan berdiameter 4-6 mm yang membawa hasil penyaringan ginjal (filtrasi, sekresi) dari pelvis renalis  menuju Vesica Urinaria. Terdapat sepasang ureter yang terletak retroperitoneal, masing-masing 1 ginjal. Saluran ini menyempit di 3 tempat : titik asal ureter pada pelvis ginjal, dititik saat melewati pinggiran pelvis, dan di titik pertemuannya dengan kandung kemih. Di tempat-tempat seperti itu sering terbentuk batu/ kalkulus.

Ureter setelah keluar dari pelvis ginjal akan turun di sepan M. Poas Mayor, lalu menyilangi pintu atas panggul dengan A. Iliaka Communis. Ureter berjalan secara postero-inferior di dinding lateral pelvis, lalau melengkung secara ventral-medial untuk mencapai Vesica Urinaria. Adanya katup uretero-vesical mencegah aliran balik urin setelah memasuki kandung kemih.

C. Vesika urinaria (kandung kemih / buli-buli)
Merupakan organ muskular berongga yang berfungsi untuk menampung urin. pada laki-laki, organ ini terletak tepat dibelakang simfisis pubis dan didepan rektum. pada perempuan, terletak agak dibawah uterus didepan vagina.

Organ ini berukuran sebesar kacang kenari, berbentuk buah pir, terletak di pelvis pada saat kosong dan mencapai umbilikus jika terisi penuh dengan urin. Vesika urinaria ini ditopang dalam rongga pelvis dengan lipatan-lipatan perineum dan kondensasi fasia.

D. Uretra
Merupakan saluran yang membawa urin keluar dari vesika urinaria menuju lingkungan luar.
  1. Uretra pada laki-laki
    Panjang 20 cm dan juga berfungsi sebagai organ seksual (berhubungan dengan kelenjer prostat). Memiliki 2 otot sfingter : m. sfingter interna (otot polos terusan dari m. detrusor dan bersifat involunter) dan m. sfingter eksterna (terletak di uretra pars membranosa dan bersifat volunter)
  2. Uretra pada perempuan
    Panjang sekitar 3,5 cm dan hanya memiliki m. sfingter eksterna (distal inferior dari vesika urinaria dan bersifat volunter)

DOWNLOAD - Anatomi Sistem Urinarius.pdf

cara download
    Read More..

    Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
    0

    Urologi

    Unknown Kamis, 29 Maret 2012


    Embriologi
    Embriologi Sistem Urinarius

    Anatomi
    Anatomi Sistem Urinarius

    Fisiologi

    Histologi

    Kelainan Kongenital
    -Renal Agenesis
    -Supernumerary Kidney

    Kelainan Didapat
    Read More..

    Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
    0

    Obgyn

    Unknown


    Read More..

    Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
    0

    Neuromuskuloskeletal

    Unknown


    Read More..

    Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
    0

    Pemeriksaan Laboratorium

    Unknown


    Read More..

    Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
    0

    Cardiovascular

    Unknown


    Anatomi

    Fisiologi
    Sirkulasi Fetal, New Born Baby, dan Dewasa

    Histologi

    Pemeriksaan
    -Pemeriksaan EKG (Skill's Lab)


    Kelainan Kongenital

    Kelainan Didapat
    Read More..

    Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
    0

    Skill Lab 'Pemeriksaan EKG'

    Unknown Minggu, 25 Maret 2012 ,


    Bismillaahirrohmaanirrohiim...

    Ini bukan untuk belajar EKG dari awal sih, tapi saya cuma ingin share tentang point penilaian Skill Lab yang saya pelajari pada beberapa hari yang lalu. Hehe, cekidot.

    Jadi, sebelum kita melakukan pemeriksaan apapun terhadap pasien, jangan lupakan satu hal penting yang paling sering terabaikan, yaitu minta ijin. Nah, kalau saya dan teman-teman sih lebih akrab menyapanya sebagai Inform Consent. Hal tersebut mudah kok, kita dapat melakukannya secara lisan maupun tulisan. Tapi, kalau EKG sih saya rasa cukup lisan saja. Hehe.

    Langkah-langkah pemasangan EKG
    1. Posisikan pasien terlentang dengan dada terbuka.
    2. Bersihkan daerah pemasangan elektroda dengan alkohol(desinfektan) dan kemudian dioles jeli (konduktor).
    3. Pasang elektroda pada ektremitas dan dada.
      Ektremitas
      • Warna merah dipasang di tangan kanan
      • Warna kuning dipasang di tangan kiri
      • Warna hitam dipasang di kaki kanan
      • Warna hijau dipasang di kaki kiri
      Dada
      • V1 = dipasang pada linea parasternalis dextra di RIC 4
      • V2 = pasang pada linea parasternalis sinistra di RIC 4
      • V3 = pasang pada pertengahan V2 dan V4
      • V4 = pasang di 1 jari medial linea midklavicula sinistra setinggi RIC 5
      • V5 = pasang di linea anterior Axilla sejajar V4
      • V6 = pasang di linea medial axilla sejajar V4
    4. Rekam EKG dengan sensitifitas 1 (biasanya) secara :
      • manual
      • auto
    5. Setelah dapat gambaran, jangan lupa bersihkan tubuh pasien dari jeli serta bersihkan alat EKG nya juga. Hehe.
    6. Next step is interpretasiiiii (waktu yang paling asyiiiik) \(^,^)/
      • Irama jantung : sinus/ bukan sinus
        Sinus = gelombang P diikuti oleh komplek QRS dan selanjutnya gelombang T.
        Bukan sinus = Salah satu antara gelombang P, kompleks QRS, dan gelombang T tidak ada.
        Gambar 1 : Sinus Rhythm
      • HR (heart rate)
        HR ditentukan dengan rumus tergantung iramanya
        1. Irama Sinus
          • 1500 dibagi dengan jumlah kotak kecil antara puncak R ke R di lead II
          • atau, 300 dibagi dengan jumlah kotak sedang antara puncak R ke R di lead II
        2. Irama Bukan Sinus
          • Buat lead II sepanjang 6 kotak besar, hitung jumlah komples QRS yang ada, lalu jumlahnya dikali 10.
      • Aksis
        1. Resultan Q dan R di lead I. Letakkan koordinatnya di segitiga Eitnhoven
        2. Resultan R dan S di lead AVF. Letakkan koordinatnya di segitiga Einthoven
          Gambar 2 : Resultan Q dan R posisikan di Lead I. Resultan R dan S posisikan di lead aVF
        3. Lihat, ke arah mana resultan tersebut.
          Gambar 3 : Perhatikan arah resultan
        4. Jika resultannya masih berada di antara asiran dalam lingkaran di atas, maka dikatakan aksisnya normal. Namun, bila :
          • ada deviasi ke arah > - 30` , disebut LAD (Left Axis Defiation)
          • ada deviasi ke arah > +120`, disebut RAD (Right Axis Defiation)
      • Gelombang P
        Normalnya :
        1. Tinggi tak lebih dari 0.3 mV (3 kotak kecil)
        2. Lebar tak lebih dari 0.12 s (3 kotak kecil)
        3. Positif, kecuali di aVR
        4. Setengah gelombang  pertama merupakan depolarisasi atrium kanan, dan setengah gelombang kedua adalah depolarisasi atrium kiri.
        5. Gelombangnya simetris
        Patologi bila:
        1. Tinggi gel P > 0.3 mV = P pulmonal atau disebut RAH (Right atrium Hipertropi)
        2. Lebar gel P > 0.12 s = P mitral atau disebut LAH (Left Atrium Hipertropi)
        Gambar 4 : EKG
      • PR interval
                Normalnya : 0.12-0.2 s (3-5 kotak kecil)
                Bila ada pemanjangan : Block di AV node ==> Bradikardi
      • Gelombang Q
        Normalnya :
        1. Defleksi ke bawah pertama
        2. Lebar < 0.04 s
        3. Tinggi < 0.1 mV
        Patologi bila
        1. Panjang Q > 1/3 R
        2. ada QS pattern = gelombang R tidak ada.
          Gambar 5 : QS pattern (tidak ada gelombang R)
        Q patologi bila sudah terjadi old MCI atau infark yang sudah lama, atau > 12 jam.
      • QRS interval
              Normalnya < 0.12 s (3 kotak kecil)
              Bila terjadi pemanjangan = Bundle Branch Block (LBBB/RBBB)
      • Tentukan RVH atau LVH
        1. RVH
                  RVH = R/S di lead V1  > 1
                  RVH = S/R di lead V6 > 1
        2. LVH
                  LVH = S di V1 (atau V2) + R di V5 (atau V6) > 35
      • ST segmen
        Normalnya :
        1. isoelektrik, berupa garis lurus
        2. Tapi di daerah precordial (V1-V6) dapat :
          • naik 2 mm
          • turun 0.05 mm
        Patologi bila :
        1. ST depresi = iskemik
        2. ST elevasi = akut MCI
        NB:
        1. Bila terlihat ST depresi atau N-STEMI, maka jangan hilangkan kemungkinan infark dahulu, cek laboratorium untuk memastikan: enzim jantung (troponin T)
        2. Bila gel Q patologi belum ditemukan, berarti masih berada dalam gold period untuk menyelamatkan jantung agar tidak infark. (< 12 jam)
      • Gelombang T
        Normalnya :
        • Sama besar dengan P baik tinggi maupun lebar.
        • Positif di lead I, II, V3-V6
        • Negatif di aVR
        Patologi bila :
        • T flat
        • T inverted (ischemic)
      • Tambahan :
        Bila ditemukan kelainan di satu tempat saja, tidak bermakna. Bila di temukan di beberapa tempat, dapat ditentukan bagian jantung mana yang infark :
        1. inferior = lead II, III, aVF
        2. anteroseptal = lead V1-V4
        3. anterior = lead V3, V4
        4. lateral = lead I, aVL, V5-V6
        5. lateral tinggi =lead I, aVL, V5-V6
        6. posterior = lead V1-V3


        DOWNLOAD - Skill Lab 'Pemeriksaan EKG'.pdf
        cara download 
      Read More..

      Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
      1

      Sirkulasi Fetal, New Born Baby, dan Dewasa

      Unknown




      II. Sirkulasi Dewasa


      Beda Sirkulasi fetal dengan dewasa :


      Beda Sirkulasi Fetal dan Dewasa
      1. Anatomi
        • Arteri Umbilikalis = Pemb. darah yang mengalirkan darah dari sirkulasi fetus menuju placenta
               saat dewasa berubah menjadi Ligamentum Umbilikal Medial
        • Vena Umbilikalis = Pemb. darah yang mengalirkan darah dari placenta ke sirkulasi fetus
               saat dewasa berubah menjadi Ligamentum Teres
        • Duktus Venosus = Pemb. darah yang menghubungkan V. Umbilikus dengan V. Cava Inferior
               saat dewasa berubah menjadi Ligamentum Venosum
        • Foramen Ovale = Shunt antara atrium kanan dan kiri
               saat dewasa berubah menjadi Fossa Ovalis
        • Duktus Arteriosus = Shunt antara Arteri Pulmonalis dengan Aorta
               saat dewasa berubah menjadi Ligamentum Arteriosum
      2. Fisiologi
        • Pada Fetus, fungsi beberapa organ yang pada dewasa digunakan maksimal diambil alih oleh placenta, cth : jantung, paru-paru, dan ginjal.
        • Saturasi O2
          • Pada dewasa = 98 %
                 Saturasinya tinggi karena perbedaan tekanan alveolus dengan atmosfer luar sangat jauh sehingga lebih memudahkan difusi O2 dan CO2
          • Pada placenta = 60 %
                 Saturasi rendah karena beda tekanan antar kapiler di placenta sangat rendah/hampir sama sehingga pertukaran O2 lambat. Namun, hal ini dikompensasi dengan :
             - Peningkatan denyut atau pemompaan jantung
             - Eritrosit fetus lebih aktif mengikat O2 dari pada dewasa.
      Pada New Born Baby
      1. Foramen Ovale
        akan menutup spontan saat bayi sudah tidak menggunakan darah dari placenta lagi. Paru mulai mengembang dan jantung akan berfungsi sebagaimana mestinya. Tekanan atrium kiri akan meningkat dan lebih tinggi dari atrium kanan, sehingga septum primum akan menempel pada septum sekundum dan kedua septum interatrial tersebut akan bersatu.
      2. Empat lainnya
        butuh proses untuk menutup. Kira-kira beberapa jam sampai beberapa hari setelah kelahiran seiring berfungsi maksimal organ-organ lain dan dinonfungsikannya organ ini.
        • Duktus Arteriosus, menutup beberapa jam setelah kelahiran dan sempurna setelah 2-3 minggu disebabkan:
          • atropi karena tidak digunakan lagi
          • adanya inhibisi enzim siklooksigenase yang dihasilkan new born baby
          Biasanya fetus menghasilkan prostaglandin (vasodilatator) untuk mengatasi hipoksia fisiologis dalam uterus yang menyebabkan Duktus Arteriosus selalu dilatasi. Saat lahir, bayi menghasilkan inhibisi yang menghambat enzim siklooksigenase(vasodilatator) pada prostaglandin tersebut.
         
        DOWNLOAD - Sirkulasi Fetal, New Born Baby, dan Dewasa.pdf

        cara download
         
        Read More..

        Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
        2

        Skoliosis

        Unknown Sabtu, 24 Maret 2012


        Skoliosis merupakan deformitas punggung yang seharusnya lurus berubah menjadi miring.

        Klasifikasi
        1. Skoliosis Postural
          Disebut juga Skoliosis Skiatika atau Deformitas Semu.
          => deformitas sekunder sebagai kompensasi terhadap beberapa keadaan di luar tulang belakang. Contoh : karena kaki pendek sebelah, kemiringan pelvic akibat kontraktur pinggul
          Bila diperbaiki posisinya, maka skoliosis ini akan menghilang :
          • Kaki pendek => duduk, maka deformitas akan hilang
          • Skoliosis postural menghilang kalau fleksi (membungkuk)
        2. Skoliosis Struktural
          => deformitas pada segmen tulang belakang

        Etiologi
        • Idiopatik => Skoliosis idiopatik
        • Anomali tulang => Skoliosis Osteopatic
        • Distrofi otot => Skoliosis Neuropatik

        Faktor Resiko
        • Riwayat keluarga
        • Kelainan saat kehamilan/ persalinan

        Gejala Klinis dan Diagnostik
        • Deformitas punggung => miring. Tulang belakang menyimpang
        • Benjolan rusuk pada kurva thoraks
        • Penonjolan asimetri salah satu pinggul pada kurva torakolumbal
        • Lihat pigmentasi kulit, bekas rambut pada bagian skoliosis
        • Catat tingkat dan arah kecembungan kurva utama
        • Tanda diagnosis tetap => suruh posisi flexi (bungkuk ke depan)

        Pemeriksaan Penunjang
        • Foto polos => postero anterior dan lateral penuh terhadap tulang belakang dan krista iliaka dengan posisi tegak.
          • Postero-anterior => vertebra yang mengarah ke puncak prosesus spinosus menyimpang ke garis tengah. Ujung atas dan bawah kurva diidentifikasi sewaktu tingkat simetri vertebra diperoleh kembali.
            Derajat kurva diukur dengan menarik garis pada sinar X pada batas atas tulang belakang paling miring dan batas bawah tulang belakang paling miring. Dari masing-masing garis tersebut ditarik garis sejajar yang tegak lurus (90 derajat). Sudut yang terbentuk dari pertemuan garis tersebut adalah Sudut Cobb.
          Sudut Cobb

          • CT dan Mielografi => menentukan kelainann vertebra/ kompresi korda.
          • Uji fungsi paru => pada deformitas dada yang parah. Uji kapasitas vital paru.
          • Uji biokimiawi dan neuromuskular => pada pasien dengan distrofi otot/ penyakit jaringan ikat.

          Skoliosis Congenital (Osteopatik)
          Patofisiologi => terjadi anomali pada:
          • Hemivertebra
          • Wedget vertebra
          • Fusi vertebra
          • Tiadanya rusuk / rusuk menyatu

          Gejala klinis dan Diagnosis
          • Pada jaringan sekitar sering ditemukan :angioma, naevi, rambut berlebihan, lekukan atau bantalan lemak, kadang disertai spina bifida.
          • Skoliosis kongenital biasanya menetap pada tingkat ringan, namun beberapa kasus berkembang ke arah deformitas berat. Terutama yang disertai fusi vertebra unilateral (batang tak bersegmen unilateral).

          Tatalaksana 
          => konservatif
          • Observatif : 1 x 3 bulan atau 1 x 6 bulan, lihat perkembangan sudut Cobbnya
          • Pasang Brace (penyangga yang dapat memanipulasi kemiringan sudut vertebraenya) => pantau sampai tulang berubah jadi lurus
          => operatif. Sebelum operasi, mielografi terlebih dahulu untuk mencegah diastematomielia (korda terbagi dua oleh penonjolan tulang belakang dari corpus vertebra).
          Indikasi operasi segera :
          • Usia
          • Progresifitasnya tinggi
          • Ada deformitas lain yang diakibatkan skoliosis ini
          • Fusi vertebrae
          • Sudut Cobb > 40 derajat
          DOWNLOAD - Skoliosis.pdf
          cara download
           
          Sumber :
          Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.
          Read More..

          Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
          0

          Tortikolis (Congenital Muscular torticollis)



          Totikolis merupakan kelainan kongenital dimana otot Sternocleidomastoideus mengalami fibrosis dan gagal memanjang sementara tubuh anak terus tumbuh sehingga terjadi deformitas progresif.

          Etiologi
          • Faktor utama masih belum diketahui (idiopatik)
          • Faktor resiko :
            • Iskemik otot SCM di intrauterine karena posisinya yang menyimpang (presentasi bokong)
            • Trauma saat kelahiran
            • Riwayat lahir sungsang

          Patofisiologi
          Keadaan iskemik pada otot SCM akan mengakibatkan otot tersebut mengalami fibrosis dan tidak akan berkembang seperti otot lainnya. Bila terjadi pada salah satu sisi otot CSM saja, maka akan menimbulkan manifestasi yang membuat kepala anak menjadi miring ke arah sisi yang terkena tersebut.

          Manifestasi Klinis
          • Sering kelainannya tidak terlihat nyata dari usia 1-2 tahun.
          • Leher menjadi tidak seimbang dan pendek pada bagian yang fibrosis
          • Di sisi yang fibrosis, telinga mendekati bahu
          • Garis mata dan garis bahu membentuk sudut (normalnya sejajar)
          • Perkembangan muka dapat menjadi asimetris

          Diagnosis
          • Riwayat kelahiran sukar atau sungsang
          • Kepala miring ke arah yang sakit (singkirkan penyebab lain : anomali tulang, diskitis, limfadenitis)
          • Telinga mendekati bahu
          • Terdapat benjolan berbatas tegas yang melibatkan satu atau kedua caput sternocledomastoideus.

          Tatalaksana
          • Bila diketahui sudah sejak bayi, maka dilakukan perentangan otot setiap hari untuk mencegah perkembangan deformitasnya.
          • Bila lehernya menjadi miring => koreksi dengan operatif. Otot yang berkontraksi dibelah (biasanya bagian bawah, tapi kadang-kadang juga pada ujung atas atau keduanya) dan kepala dimanipulasi agar posisinya netral. Setelah operasi, posisinya dipertahankan dengan suatu tutup-tengkorak/skull cup yang diikatkan ke bawah aksila. Sesudah itu, dipakai ban leher polietilen hingga anak dapat mempertahankan posisi kepalanya dengan benar.

          Prognosis
          Semakin muda ditatalaksana, semakin baik prognosis.
          Pola pikir
          Ada bayi dengan keluhan kepala miring sebelah => periksa dan singkirkan kemungkinan anomali tulang, diskitis dan limfadenitis => bila memang tortikolis, tatalaksana berdasar usia. Bila masih muda, lakukan perentangan (membiasakan menoleh ke arah yang fibrosis, diberi ASI searah yang fibrosis, dll) => bila tidak bisa, operatif.

          DOWNLOAD - Tortikolis.pdf
          cara download  

          Sumber
          Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.
          Read More..

          Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
          0

          Diskitis (Discitis)

          Unknown


          Diskitis atau discitis merupakan radang pada diskus intravertebralis (lempeng sendi di antara 2 tulang vertebra) dan lempengan ujung korpus vertebra.
          Read More..

          Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
          2

          OI (Osteogenesis Imperfecta)

          Unknown Jumat, 23 Maret 2012


          OI (Osteogenesis Imperfecta) merupakan kelainan jaringan ikat dan tulang yang bersifat herediter (autosomal dominan) yang mengakibatkan kerapuhan tulang, kelemahan persendian, dan kerapuhan pembuluh darah.

          Epidemiologi 1 dari 20.000-60.000 kelahiran

          Etiologi => mutasi gen yang mengatur procolagen (gen COL1A1 dan gen COL1A2 7q22. baca : colia. penulis red). Hal ini mengakibatkan maturitas dari kolagen menjadi terganggu dan osteoblas tidak mampu berdiferensiasi  dengan baik sehingga terjadi gangguan skeletal.

          Klasifikasi 
          1. Tipe 1 (ringan)
            • Fraktur patologis mulai  muncul saat anak mulai berjalan
            • Short stature (perawakan pendek)
            • Terdapat arcus senilis (lingkaran putih di sekitar kornea mata)
            • Sklera biru (karena bersifat tembus seperti kulit tipis. Akibatnya, sklera menyaring warna merah yang mendasari koroid pleksus pembuluh darah sehingga tampilannya menjadi seperti memar atau hematom subkutan yang berwarna biru)
            • I a = gigi masih normal.
            • I b = dentinogenesis imperfecta.
          2. Tipe 2 (sangat berat) => sebagian besar meninggal di intraunterine atau dapat beratahan hidup beberapa saat  karena terjadi fraktur di iga dan kranial.
          3. Tipe 3 (berat)
            • Fraktur patologis muncul bahkan sebelum anak berjalan
            • Ekstremitas bengkok bukan karena fraktur besar, tapi banyak mikrofraktur
            • Sering muncul kifosis dan skoliosis
            • Kebanyakan tidak dapat melanjutkan berjalan
            • Sklera biru pucat
          4. Tipe 4 (hampir sama dengan tipe I b)
            • Dentinogenesis tapi sklera masih normal

          Gejala klinis
          • Trauma ringan dapat mengakibatkan fraktur.
          • Hipermobilisasi sendi => kelenturan ligamen dan sendi berlebihan
          • Otot hipertonus
          • Defisiensi dentin
          • Perdarahan subkutan
          • Sklera biru
          • Banyak fraktur halus (pergerakan sedikit saja sakit) => krepitasi. Hal ini membuat kaki tidak berbentuk lurus lagi

          Pemeriksaan Penunjang
          • Foto rontgen (diagnosis dan penentuan derajat kerusakan tulang => Lihat bentuk tulang (tidak lurus dan bekas fraktur).
            => pembuluh darah tipis, deformitas, dan tulang mengalami osteoporosis.
          • Pemeriksaan Gen COL1A1 dan CLO1A2

          Tatalaksana
          Pengobatan khusus tidak ada, tujuan pengobatan hanyalah :
          • Cegah komplikasi fraktur (deformitas) lebih lanjut
          • Perbaiki deformitas yang terjadi, kalau perlu lakukan ostetomi dan fiksasi interna.
          • Mobilisasi agar mencegah osteoporosis

          Prognosis
          Tipe I => dapat survive dengan supportif dan tatalaksana yang baik. Tulang menjadi kuat setelah pubertas.
          Tipe II => saat partus bayinya meninggal dan terlihat hancur karena tulangnya fraktur dengan mudah
          Tipe III/ IV => survive kalau dilakukan perawatan intensif

          Pola pikir
          • Bila ada bayi lahir mati dengan keadaan tulang yang tidak simetris dan tidak lurus => duga OI tipe II
          • Bila bayi lahir dengan selamat, bentuk tulang mengalami kelainan/ tidak lurus (akibat fraktur dan perbaikan sendiri), mudah menangis kalau tersentuh/ dipindahkan => duga OI tipe I atau III => rujuk => pemeriksaan penunjang => tatalaksana

          DOWNLOAD - OI.pdf
          cara download 

          Sumber
          Catkul FKUNAND 09
          Rasjad, Chairuddin Prof, MD, Ph.D. 2006. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone
            Read More..

            Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
            0

            Dislokasi, Subluksasi, dan Displasia

            Unknown


            A. Normal, B. Displasia, C. Subluksasi, D. Dislokasi
            Dislokasi (dislocation)/ Luksasi (luxation) merupakan suatu kondisi dimana sesuatu tidak berada pada tempatnya lagi (total).

            Subluksasi (subluxation) merupakan dislokasi parsial (sebagian), masih ada sedikit bagian yang bersatu.

            Displasia (dysplasia) merupakan suatu pembentukan yang tidak sempurna dari yang seharusnya.
            Read More..

            Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
            0

            Varus dan valgus

            Unknown


            Varus = merupakan kondisi yang mengarah ke dalam (medial)

            Valgus = merupakan kondisi yang mengarah ke luar (lateral)
            Read More..

            Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
            0

            Embriologi Sistem Urinarius

            Unknown


            A. Pembentukan unit-unit ekskresi
            Pada permulaan minggu ke 4, mesoderm intermedia di daerah servical terputus hubungannya dengan somit, sehingga membentuk kelompok-kelompok sel yang tersusun secara segmental (nefrotom). Di daerah thoraks, lumbal, dan sakral. Mesoderm intermedia:
            1. Terputus hubungannya dengan rongga selom
            2. Sistem segmentalnya menghilang
            3. Membentuk 2, 3 atau lebih saluran ekskresi pada setiap segmen
            Mesoderm intermedia yang tidak mengalami segmentasi akan membentuk korda jaringan nefrogenik, yang akan menghasilkan tubulus ekskretorius (ginjal) pada semua sistem ginjal dan membentuk rigi-rigi longitudinal bilateral => rigi-rigi urogenital, pada dinding dorsal rongga selom.

            B. Sistem ginjal
            Pada manusia terdapat 3 proses pembentukan ginjal:
            1. Pronefros
              Proses yang digambarkan oleh 7-10 kelompok sel padat di daerah leher. kelompok yang pertama membentuk nefrotom vestigium yang menghilang sebelum nefrotom yang di sebelah kaudal terbentuk. pada akhir minggu 4, semua tanda sistem pronefros menghilang.
            2. Mesonefros
              Mesonefros dan salurannya berasal dari mesoderm intermedia (dari segmen dada bagian atas lumbal bagian atas L3). Pada minggu ke 4, sistem mesonefros mulai tampak. Saluran ini memanjang dengan cepat, membentuk sebuah gelung yang berbentuk huruf S dan terdapat glomerolus diujung medialnya dan membentuk simpai bowman. Simpai bowman + glomerolus => korpuskulus mesonefrikus (ginjal). Di sebelah lateral, saluran yang bermuara pada saluran pengumpul memanjang => duktus mesonefrikus/duktus wolf.
              Pada pertengahan minggu ke 2, mesonefros membentuk organ bulat telur yang besar (terdapat di kiri dan kanan garis tengah). Pada medial mesonefros terdapat gonad, sehingga rigi-rigi yang dibentuk ke 2 organ besar tadi disebut rigi urogenital.
            3. Metanefros (ginjal tetap)
              Proses ini tampak minggu ke 5. Satuan-satuan ekskresi berkembang dari mesonefros metanefros dan akan berfungsi pada trimester pertama.

            C. Sistem Pengumpul
            Berkembang dari tunas ureter (tonjolan saluran mesonefros yang di dekat muara kloaka). Tunas ureter menembus jaringan metanefros yang menutup ujung distalnya sebagai topi. Tunas melebar membentuk piala ginjal(pelvis renalis) primitif dan terbagi menjadi kranial dan kaudal membentuk kalises mayores.
            Ssambil terus menembus lebih jauh ke dalam jaringan metanefros, tiap-tiap kaliks akan membentuk 2 tunas baru, dan akan terus membelah hingga terbentuk 12 generasi saluran atau lebih. Sementara itu, di bagian tepi, terbentuk lebih banyak saluran hingga akhir bulan ke 5. Saluran generasi ke 2 membesar dan menyerap masuk saluran generasi ke 3 dan ke 4, sehingga terbentuklah kalises minor piala ginjal. Pada perkembangan selanjutnya, saluran generasi ke 5 dan seterusnya sangat memanjang dan menyebar dari kaliks minor dan membentuk piramida ginjal. Dengan demikian, tunas ureter membentuk ureter, piala ginjal, kalises mayor dan minor, dan kurang lebih 1-3 juta saluran pengumpul.

            D. Sistem Eksresi
            Tiap-tiap saluran yang baru terbentuk akan ditutupi topi jaringan metanefrik diujungnya. Sel-sel topi jaringan ini membentuk gelembung-gelembung kecil vesikel renalis, yang akan menjadi saluran-saluran kecil, yang bersama-sama berkas kapiler dikenal sebagai glomeruli, membentuk nefron/ satuan eksresi. ujung proksimal masing-masing nefron membentuk simpai bowman, yang didalamnya berisi glomerulus. sedangkan ujung distalnya membentuk hubungan terbuka dengan salah satu saluran pengumpul, sehingga terbentuk jalan penghubung dari glomerulus ke salah satu saluran pengumpul. pemanjangan saluran ekskresi terus menerus mengakibatkan pembentukan tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tubulus kontortus distal. Ginjal berkembang dari 2 sumber yang berbeda :
            1. Mesoderm metanefros yang akan membentuk satuan eksresi.
            2. Tunas ureter yang membentuk sistem pengumpul.
            Pada saat lahir, ginjal berlobulasi. Selama masa anak-anak, gambaran lobulasi menghilang karena pertumbuhan nefron lebih lanjut. Akan tetapi, jumlahnya tidak bertambah.

            E. Posisi Ginjal
            Ginjal yang semula terletak di daerah panggul akan bergeser kedudukannya lebih ke kranial ke rongga perut. Naiknya ginjal disebabkan oleh kurangnya kelengkungan maupun pertumbuhan tubuh di daerah lumbal dan sakral. Di panggul, metanefros menerima aliran darah dari sebuah cabang panggul dari aorta.  Dalam perjalanan naik ke rongga perut, ginjal diperdarahi oleh pembuluh-pembuluh nadi yang berasal dari aorta yang letaknya semakin meninggi. Pembuluh-pembuluh yang lebih rendah biasanya akan berdegenerasi.

            F. Fungsi Ginjal
            Metanefros baru berfungsi pada akhir trimester pertama. Air kemih mengalir ke rongga amnion dan bercampur dengan cairan amnion. cairan ini ditelan oleh janin dan memasuki saluran pencernaan untuk diserap ke dalam aliran darah dan berjalan melewati ginjal untuk kembali diekskresi ke dalam cairan amnion. Selama masa janin, ginjal tidak berfungsi untuk ekskresi bahan-bahan sisa, karena plasenta menjalankan fungsi ini.

            G. Kandung Kemih dan Uretra
            Selama perkembangan minggu 4 sampai 7, septum urorektal membagi kloaka menjadi saluran anorektal dan sinus urogenitalis. Selaput kloaka terbagi menjadi membrana urogenitalis di anterior dan membrana analis di posterior. Tiga bagian sinus urogenitalis primitif dapat dibagi menjadi:
            1. Kandung kemih : Pada awalnya, kandung kemih berhubungan langsung dengan allantois, tetapi setelah allantois tertutup, maka yang tersisa hanya korda fibrosa yang tebal (urakus) dan korda ini menghubungkan puncak kandung kemih dengan umbilikus. Pada orang dewasa, dikenal sebagai ligamentum umbilikus medial.
            2. Sinus urogenitalis bagian panggul : Berupa saluran yang agak sempit yang pada pria membentuk uretra pars prostatika dan pars membranosa.
            3. Sinus Urogenitalis Tetap (sinus urogenitalis bagian penis) : merupakan bagian yang sangat memipih ke samping dan terpisah dari dunia luar oleh membrana urogenitalis (perkembangan urogenitalis berbeda pada kedua jenis kelamin).

              Selama pembagian kloaka, bagian kaudal duktus mesonefros berangsur-angsur diserap ke dalam dinding kandung kemih, sehingga ureter masuk ke kandung kemih secara tersendiri. Sebagai akibatnya, ginjal naik, muara ureter bergerak lebih ke kranial, duktus mesonefros bergerak saling mendekat masuk ke uretra pars prostatika dan pada pria menjadi duktus ejakulatorius. Duktus mesonefros dan ureter berasal dari mesoderm, sehingga selaput lendir kandung kemih yang di bentuk kedua saluran itu juga berasal dari mesoderm. lalu, lapisan mesoderm segitiga tadi diganti oleh epitel endoderm, sehingga seluruh permukaan dalam kandung kemih dilapisi oleh epitel endoderm.

              Uretra
              Epitel uretra pria dan wanita berasal dari endoderm,. Sedangkan jaringan penyambung dan jaringan otot polosnya berasal dari mesoderm splangnik. Pada akhir bulan ketiga, epitel pars prostatika mulai berploriferasi dan membentuk sejumlah tonjol keluar yang menembus mesenkim di sekitarnya. Pada pria, tunas-tunas ini membentuk kelenjer prostat dan pada wanita membentuk kelenjer uretra dan kelenjer parauretra.

              Sumber 
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              0

              Pronasi dan Supinasi

              Unknown


              Pronasi merupakan gerakan menelungkupkan tangan

              Supinasi merupakan gerakan menengadahkan tangan
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              0

              Terminologi

              Unknown


              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              0

              Adduksi dan abduksi

              Unknown


              Adduksi merupakan gerakan yang mendekati tubuh (medial)

              Abduksi merupakan gerakan yang menjauhi garis tubuh (lateral)
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              0

              Fleksi dan Ekstensi

              Unknown


              Fleksi merupakan gerakan menekuk atau membengkokkan bagian tubuh

              Ekstensi merupakan gerakan meluruskan bagian tubuh
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              0

              Inversi dan Eversi

              Unknown


              Inversi merupakan suatu tindakan memiringkan telapak kaki ke bagian medial tubuh.

              Eversi merupakan suatu tindakan memiringkan telapak kaki ke bagian lateral tubuh.
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              7

              CTEV (Congenital Talipes Equino Varus) atau Club Foot




              CTEV merupakan kelainan pada kaki, dimana kaki belakang equinus, varus, dan kaki depan adduktus. Sering ditemukan, mudah didiagnosa, tetapi sulit diobati.
              Nama lain = Club foot, piede tordo, pie bot, pie zambo, pe equinovaro congenito, idiophatic CTEV.

              Epidemiologi
              • 1-2 dalam 1000 kelahiran hidup
              • laki-laki : wanita = 2 : 1 
              • 30% bilateral

              Etiologi
              Etiologi pasti => Idiopatic (masih belum diketahui) 
              Faktor resiko
              • Mechanical factor in utero
                Penekanan dari uterus. Baik penekanan dari luar (trauma) atau tekanan lain (kembar, oligohidramnion)
              • Neuromuscular defect
                Terjadinya fibrosis dan pemendekan dari otot posterior medial tungkai terutama otot betis seperti M. tibialis posterior.
              • Primary germ plasm defect
                Kelainan genetik, sekitar 10% yang dimulai sebelum minggu 7
              • Arrested Fetal Development (pengaruh di sekitar rahim)
              • Heredity
              • Kombinasi antara Heredity dengan lingkungan

              Patofisiologi
              Pada talus, caputnya menonjol di sisi dorsolateral dengan collum yang lebih pendek. Navikulare bergeser ke sebelah medial caput talus, pergeseran ini mulai dari subluksasi sampai dislokasi yang hampir kompleks. Oleh karena navikulare berpindah ke medial, cuboid dan calcaneus bergeser pula ke medial dan terjadi perubahan yang sifatnya adaptasi pada sisi lateral kaki (calcaneus, cuboid, metatarsal V)

              Manifestasi klinis
              Gambaran klinisnya dapat dibagi 2:
              1. Type rigid (intrinsic) (resistent) => Tidak dapat dikoreksi dengan manipulasi. Tumit kecil, equinus, dan inversi. Kulit dorsolateral pergelangan kaki tipis dan teregang, sedangkan kulit medial terlipat.
              2. Type fleksibel (extrinsic) (easy) => Dapat dimanipulasi. Tumit normal dan terdapat lipatan kulit pada bagian dorsolateral pergelangan kaki.
              Tanda lain :
              • Betis seperti tangkai pipa (pipe stem colf)
              • Tendo archiles pendek
              • Bagian distal fibula menonjol
              • Kaki lebar dan pendek
              • Metatarsal I pendek

              Diagnosis
              Berupa deformitas pada :
              • Adduksi dan supinasi kaki depan pada sendi mid dorsal
              • Subluksasi sendi talonavikulare
              • Equinus kaki belakang pada sendi ankle
              • Varus kaki belakang pada sendi subtalar
              • Deviasi medial seluruh kaki terhadap lutut
              • Inversi tumit
              Pemeriksaan penunjang
              Radiologist = tujuannya bukan untuk diagnostik, tapi untuk menentukan derajat equinus, varus, dan perubahan kaki belakang agar memberikan gambaran seberapa besar koreksi yang dibutuhkan.
              • Foto AP => Sudut talocalcaneal kecil dari normal (normal=25-45 derajat)
              • Foto lateral =>  Sudut talocalcaneal lebih kecil dari normal.
              • Foto dorsoflexi maksimal => sudut ini bertambah kecil (normalnya bertambah besar)

              Tatalaksana
              • Konservatif
                Dilakukan manipulasi terhadap bagian kaki yang adduksi, equinus, varus dan mempertahankannya dengan menggunakan gips. Dilakukan peregangan pada jaringan yang mengerut secara bertahap tanpa kekerasan, dipertahankan 10 hitungan. Dilakukan berulang selama 10-15 menit. Hasil akhirnya dipertahankan dengan gips. Pada saat pemasangan gips, perhatikan sirkulasi darah. Koreksi dapat diulang 1 minggu kemudian. Bila konservatif berhasil, pengobatan dapat dilakukan dengan Denis Brown Splint dan dikontrol sampai anak dewasa. Bila 3 bulan konservatif gagal, maka lakukan operatif.
                Denis Brown Splint
              • Operatif
                Indikasi:
                • Gagal terapi konservatif
                • Kambuh setelah konservatif berhasil
                • Anak sudah besar dan belum mendapat pengobatan
                Operatif dapat dilakukan pada:
                • Jaringan lunak (hanya untuk usia < 5 tahun)
                • Terhadap tulang

              Prognosis
              Tergantung jenis kelainan (rigid atau fleksibel) dan tergantung usia saat ditatalaksana. Semakin Fleksibel dan semakin muda ditatalaksana, maka prognosis akan semakin baik.

              Pola Pikir
              Bila bayi lahir dengan CTEV => langsung terdiagnosis CTEV melalui pemeriksaan fisik => rujuk => tatalaksana.


              Sumber
              Orthopaedic's Trauma. 1995. Laboratorium Ilmu BEdah Sub-Bagian Orthopaedic's FK UNAND
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              0

              Ekuinus

              Unknown


              Ekuinus (equinus) = Ekuino = merupakan suatu kondisi dimana gerakan lentur ke atas (antero) pergelangan kaki menjadi terbatas, jadi arahnya cenderung menghadap ke bawah(posterior).

              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              5

              DDH (Developmental Dislocation of the Hip) atau Dislokasi Panggul Kongenital

              Unknown Kamis, 22 Maret 2012


              DOWNLOAD - DDH.pdf
              cara download
              DDH juga diistilahkan sebagai Developmental displasia of the Hip. Dahulu lebih populer dengan nama CDH (Congenital Dislocation of the Hip) atau yang dalam bahasa Indonesia adalah Dislokasi Panggul Kongenital.
              Jadi, DDH merupakan kelainan kongenital dimana terjadi dislokasi pada panggul karena acetabulum dan capur femur tidak berada pada tempat seharusnya.

              Epidemiologi
              • Bilateral > unilateral
              • Perempuan > laki-laki = 8 : 1
              • Kejadian meningkat pada :
                • Ada riwayat keluarga
                • Kebiasaan membedung bayi
                • Sertaan dari kelainan kongenital lain, seperti : Congenital  Muscular Torticolis dan Congenital Metatarsus Adductus.
              Etiologi
              Etiologi pasti => idiopatik (belum diketahui)
              Faktor resiko :
              • Genetik => kelemahan ligamen
              • Lingkungan
                • Intrauterin
                  • Desakan : kembar, oligohidramnion
                    Desakan dapat membuat caput femur janin yang masih belum terfiksasi dengan baik lepar dari acetabulum.
                  • Hormon relaksin
                    Relaksin merupakan hormon yang muncul saat partus untuk melemaskan tulang panggul agar mempermudah proses kelahiran.
                • Partus
                  • Kesalahan dalam penolongan partus
                  • Bayi dengan interpretasi bokong
                • Pasca Partus

                  • Kebiasaan membedung
                    Bedung dengan sangat erat sampai membuat kaki anak yang seharusnya fleksi menjadi ekstensi dapat membuat kemungkinan timbulnya DDH lebih tinggi.
              Manifestasi Klinis
              • Kaki bayi panjang sebelah
              • Terdapat lipatan paha yang asimetris
              • Kalau sudah bisa berjalan, jalannya tidak seimbang
              Diagnosis
              • Anamnesa => usia, faktor resiko, onset gejala
              • PF
                • Tes Barlow => suatu manuver yang bertujuan untuk menguji DDH dengan usaha mengeluarkan kaput femur dari acetabulum dengan melakukan adduksi kaki bayi dan ibu jari pemeriksa  diletakkan dilipatan paha.
                  Positif bila saat mengeluarkan kaput femur, teraba kaputnya oleh ibu jari pemeriksa dan ada bunyi 'klik'.
                • Tes Ortolani ==> suatu manuver uji DDH dengan memasukkan kaput femur ke acetabulum dengan melakukan abduksi pada kaki bayi (gerakan ke lateral).
                  Positif bila
                  • Ada bunyi klik saat trokanter mayor ditekan ke dalam dan terasa caput yang tadi keluar saat tes Barlow masuk ke acetabulum.
                  • Sudut abduksi < 60 derajat (suspek DDH). Normalnya, sudut abduksi = 65 sampai 80 derajat.
                  Bunyi 'klik' pada Barlow dan Ortolani tidak semua orang yang dapat mendengar, bahkan Orhtopaedis sekalipun.
                • Tanda Galeazzi => Fleksikan femur, dekatkan antara yang kiri dan kanan, lihat apakah lututnya sama panjang atau tidak. Bila tidak sama panjang => +
                • Tes Tradelenberg => anak disuruh berdiri 1 kaki secara bergantian. Saat berdiri pada kaki yang DDH (+), akan terlihat :
                  • Otot panggul abduktor (menjauhi garis tubuh). Normalnya, otot panggul akan mempertahankan posisinya tetap lurus.
              Pemeriksaan Penunjang
              • USG => digunakan untuk usia < 6 bulan karena penulangan belum sempurna (tulang masih dalam bentuk tulang rawan), jadi kalau diperiksa dengan rontgen hasilnya akan radiolucent.
              • Rontgen => untuk usia > 6 bulan. Digunakan untuk mendiagnosis dislokasi dan selanjutnya untuk pemantauan pengobatan.
              Tatalaksana
              Dibagi berdasar usia. Semakin muda usia anak, semakin mudah tatalaksananya.
              • 0-3 bulan
                • Pemakaian popok double untuk menyangga femur tetap fleksi
                • Penggunaan Pavlik Harness
                  Setelah 3-4 bulan, cek radiografi dan PF. Kalau membai, penggunaan popok double dan Pavlik Harness dapat dihentikan.
              • 3-8 bulan
                • Dilakukan traksi beberapa minggu
                • Subcutaneus adductor tenotomy
                • Setelah itu cek radiografi untuk melihat posisi, bila sudah pas, maka fiksasi dengan spica (diganti setiap 2 bulan) sampai hasil radiografi baik.
              • 8 bulan - 5 tahun
                • Dilakukan subcutaneus adductor tenotomy
                • Open reduksi => fiksasi dengan spica
              • >5 tahun
                • Operasi penggantian sendi (merupakan jenis tatalaksana protesis). Tidak dilakukan lagi perbaikan karena dislokasi sudah terlalu lama dan posisinya sudah jauh dari seharusnya. Kalau dilakukan penarikan paksa ligamen dan otot, takutnya akan merusak pembuluh darah dan saraf (tidak dapat ditarik).
              Prognosis
              Semakin muda usia bayi ditatalaksana, semakin baik prognosisnya.
              Pola Pikir
              Bila terdapat bayi dengan kaki panjang sebelah atau lipatan paha asimetris => anamnesis dan lakukan tes BOGT (Barlow, Ortolani, Galeazzi, Tradelenberg) => bila +, maka lakukan pemeriksaan penunjang => bila terbukti dislokas, maka tatalaksana.


              DOWNLOAD - DDH.pdf
              cara download

              Sumber :
              Apley, A. Graham dkk. 1995. Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur Sistem Apley. Jakarta : Widya Medika.
              Rasjad, Chairuddin Prof, MD, Ph.D. 2006. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : Yarsif Watampone
              Salter, Robert Bruce. 1970. Textbook of Disorder and Injuries of the Muskuloskeletal System. Maryland : Lippincott Williams & Wilkins
              Gambar (c) google
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
              0

              Kontrasepsi

              Unknown Minggu, 04 Maret 2012


              Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah atau melawan dan kata konsepsi yang berarti pertemuan sel telur dengan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
              Jadi, kontrasepsi adalah menghindari/ mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

              Tujuan
              Tujuan kontrasepsi ada beberapa :
              • Menghindari/ mencegah kehamilan
              • Menjarangkan kehamilan
              • Menghentikan/ mengakhiri kehamilan/ kesuburan
              Cara Kerja
              Cara kerja kontrasepsi dalam mencapai tujuannya :
              • Mengusahakan agar tidak terjadi ovulasi
              • Melumpuhkan sperma
              • Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma
              Metode
              • Barrier (penghalang) : kondom, diafragma, spons kontrasepsi
              • Hormonal : kontrasepsi oral, implan, koyo KB, cincin vagina, injeksi medroxyprogesteron
              • Metode lain : AKDR
              Jenis
              Jenis-jenis kontrasepsi :
              1. Kondom
                Kondom
                • Kondom merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan lateks atau karet yang dipasang pada alat kelamin pria. 
                • Cara kerja : menampung sperma sehingga tidak masuk ke dalam vagina
                • Efektifitas = 90 %
                • Keuntungan
                  • harganya murah
                  • mudah didapat
                  • tidak perlu resep dokter
                  • tidak perlu pengawasan
                  • dapat mencegah penularan penyakit kelamin.
                • Kembalinya kesuburan = cepat, karena kondom tidak mempengaruhi kesuburan
                • Efek samping = reaksi alergi dan iritasi
                • Pencegahan terhadap infeksi menular = ada
              2. Diafragma
                Diafragma
                • Diafragma merupakan alat kontrasepsi yangterbuat dari lateks (karet) dan di pasang pada alat kelamin wanita.
                • Cara kerja : mencegah masuknya sperma ke dalam rahim
                • Efektifitas = 90 %
                • Keuntungan
                  • tidak mempengaruhi kesuburan
                  • dapat dipakai kapanpun
                • Kembalinya kesuburan = cepat, karena tidak mempengaruhi kesuburan
                • Efek samping = reaksi alergi, iritasi & infeksi saluran kemih
                • Gejala dan tanda membahayakan == infeksi saluran kemih
              3. Kontrasepsi oral
                • Kontrasepsi oral dapat berupa pil/ tablet. Pil ini ada yang mengandung hormon progesteron saja atau kombinasi antara progesteron dan estrogen. Pil ini digunakan berdasar pertimbangan masa menstruasi. Bagi yang menstruasi kurang dari 4 hari, maka digunakan pil dengan kadar estrogen yang tinggi. Bila menstruasi lebih dari 6 hari, maka digunakan pil dengan kadar estrogen rendah.
                  Cara menggunakannya, diminum setiap hari secara teratur. Ada dua cara meminumnya yaitu sistem 28 dan sistem 22/21. Untuk sistem 28, pil diminum terus tanpa pernah berhenti (21 tablet pil kombinasi dan 7 tablet plasebo). Sedangkan sistem 22/21, minum pil terus-menerus, kemudian dihentikan selama 7-8 hari untuk mendapat kesempatan menstruasi. Jadi, dibuat dengan pola pengaturan haid (sekuensial).
                • Cara kerja :
                  • meniadakan ovulasi (pengeluaran telur dari indung telur)
                  • mengentalkan lendir mulut rahim sehingga sperma sulit memasuki rahim
                • Efektifitas = 99,9 %
                • Keuntungan
                  • Meningkatkan libido sekaligus untuk pengobatan penyakit endometriosis. 
                  • Haid menjadi teratur, mengurangi nyeri haid, dan mengatur keluarnya darah haid.
                • Kembalinya kesuburan = lambat karena pengaruhi hormonal
                • Efek samping
                  • Yang berkomponen estrogen = mudah tersinggung, tegang, berat badan bertambah, menimbulkan nyeri kepala, perdarahan banyak saat menstruasi, gangguan produksi ASI,
                  • Yang berkomponen progesteron = payudara tegang, menstruasi berkurang, kaki dan tangan sering kram, liang senggama kering.
                  • Penggunaan pil secara teratur dan dalam waktu panjang dapat menekan fungsi ovarium. Kerugian lainnya, mungkin berat badan bertambah, juga rasa mual sampai muntah, pusing, mudah lupa, dan ada bercak di kulit wajah seperti vlek hitam. Juga dapat mempengaruhi fungsi hati dan ginjal
              4. Implant

                • Implan merupakan alat kontrasepsi berupa tabung berisi hormon progesteron yang disusupkan dibawah kulit. Biasanya di lengan.
                • Cara kerja = dengan disusupkan kapsul, setaip hari dilepaskan sejumlah levonargestrel ke dalam darah  melalui proses difusi sesuai besar kecinlnya permukaan kapsul silastik da ketebalan dinding kapsul tersebut. Satu set implant yang terdiri dari 6 kapsul dapat bekerja efekstif selama 5 tahun. Sedangkan yang berisi 1 kapsul dapat efektif selama 3 tahun.
                  Hormon levonargestrel dengan :
                  • menghambat terjadinya ovulasi
                  • menyebabkan endometrium tidak siap untuk nidasi
                  • mempertebal lendir serviks
                  • menipiskan lapisan endometrium
                • Efektifitas = 99,7 %
                • Keuntungan
                  • tidak menekan produksi ASI 
                  • praktis dan efektif
                  • tidak ada faktor lupa
                  • masa pakai panjang
                  • membantu mencegah anemia
                • Kembalinya kesuburan = lambat karena pengaruhi hormon
                • Efek samping
                  • gangguan haid
                  • jerawat
                  • perubahan libido
                  • keputihan
                  • perubahan berat badan
              5. Injeksi medroxyprogesteron
                • Cara kerja : mencegah terjadinya ovulasi
                • Keuntungan
                  • efektif
                  • mengurangi risiko terjadinya kanker rahim (endometrial), penyakit radang panggul, dan anemia karena kekurangan zat besi.
                • Kembalinya kesuburan = lambat karena mempengaruhi hormon
                • Efek samping
                  • gangguan pola haid
                  • sedikit kenaikan berat badan
                  • sakit kepala
                  • kehilangan kepadatan tulang secara sementara
              6. AKDR
                AKDR / IUD
                • Cara kerja
                  • Membunuh maupun meng-imobilisasi sperma
                  • Mencegah sperma membuahi telur
                  • Mencegah telur yang terbuahi menempel di rahim
                • Efektifitas = 99,9 %
                • Keuntungan
                  • efektif
                  • tidak mempengaruhi kesuburan
                • Kembalinya kesuburan = cepat, karena tidak mempengaruhi kesuburan
                • Efek samping
                  • infeksi
                  • perdarahan
                  • perforasi rahim (jarang)
              7. Kontap
                • Kontap (kontrasepsi mantap) merupakan kontrasespi dengan pemutusan hubungan ovarium dan testis dengan saluran pengeluarannya. Dilakukan dengan operasi.
                • Cara kerja : mencegah sel telur atau sel sperma keluar dari salurannya.
                • Efektifitas = 100%
                • Keuntungan
                  • efektifitasannya tinggi
                • Kembalinya kesuburan = persentasi berhasilnya rekanalisasi saluran yang sudah diikat sangat sedikit.

                  picture (c) google


                  DOWNLOAD - Kontrasepsi.pdf
                  cara download  
              Read More..

              Free Template Blogger collection template Hot Deals SEO
               
              Copyright 2010 Catatan Mahasiswa FK